Ad Code

Responsive Advertisement

Reunilah di Dunia Sebelum Reuni di Akhirat




Kemarin saya dan teman putih abu-abu (istilah zaman sekarang), berkumpul di rumah salah seorang teman.

Pertemuan itu tanpa direncanakan.

Begitu salah seorang teman mengirim foto rumah yang akan kami tempati bertemu, teman lainnya langsung membalas, "saya yang bikin sop ubi."

Lalu ada lagi yg menjawab, "saya tanggung air mineralnya."

"Saya siapkan teh kotak."

"Saya jemput ibu-ibu yang rumahnya saya lewati."

Dan seterusnya.


Begitulah.

Jika Allah Swt sudah menakdirkan terjadinya pertemuan, maka akan terjadi dengan mudah, tanpa aral melintang.

Bagaimana hebohnya pertemuan itu?

Bayangkanlah, ada yang baru bertemu setelah 38 tahun.

Maka tak heran jika terjadi percakapan lucu berikut.

 

"Kaukah itu Ani? Kemana gigimu yang dulu rapi berjejer?"

"Eh, rambutmu sudah beruban yah? Saya juga."

"Dulu kamu imut-imut, sekarang ... jawab sendiri, ha-ha-ha."

 

Tak henti-henti kami saling takjub melihat perubahan luar biasa dari diri masing-masing.

Patut disyukuri, kami masih ada, masih sehat, dan masih bisa silaturahim.

 

Tiba-tiba saya teringat percakapan dengan  salah seorang teman lewat aplikasi whatsApp beberapa tahun lalu.

Waktu itu, saya mengirim link tulisan saya tentang reuni, lalu terjadilah percakapan berikut.

“Saya tidak mau reuni, takut dengan perselingkuhan,” katanya diiringi emotikon wajah cemberut.

“Kenapa bisa selingkuh? Kita kan hanya bertemu teman masa lalu, mungkin itu teman masa sekolah di SMP atau di SMA,” jawab saya sedikit tersinggung.

“Banyak kejadian, setelah reuni terjadi cinta lama bersemi kembali  atau CLBK.”

“Yah tidak apa-apa selama masing-masing tidak punya pasangan resmi kan?” Masih keukeh dengan pikiran polos saya.

“Nah itu dia. Mereka sudah punya pasangan, tetapi demi mengenang masa-masa indah waktu sekolah, mereka menjalin asmara lagi.” Katanya dengan ketus.

 

Psst saya tahunya ia tulis itu dengan ketus karena tulisannya di bold, hahaha.


“Yaah, itu moral merekanya saja yang zong. Kami reuni dengan teman-teman SMA aman-aman saja. Bahkan kami saling mengenalkan keluarga masing-masing.”

“Tapiii … bla … bla… bla…”


Ah, kimmalas baca chat-nya.

 

Kembali ke reuni dengan teman putih abu-abu saya.

Gara-gara ingatan itu yang tiba-tiba nongol tanpa diundang, saya jadi memperhatikan teman-teman saya itu satu persatu. Hiii… ini namanya kurang kerjaan.

Sumpah, saya betul-betul menelisik wajah-wajah mereka, bahkan ketika reuni usai dan perbincangan dilanjutkan di grup WA saya masih saja menyimak setiap pembicaraan.

Bagaimanapun saya masih ingat, siapa saja yang dulunya pernah menjalin asmara tetapi berakhir di tengah jalan lalu menikah dengan orang lain.

Hm, memangnya yang CLBK itu hanya yang pernah menjalin cinta sebelumnya? Bisa jadi mereka baru saling jatuh cinta setelah sekian puluh tahun berpisah?

Pikiran buruk itu pelan-pelan menyelusup ke otak saya.

Astagfirullah. Kibas jilbab deh.

Setelah sekian lama, bahkan grup WA itu sudah berusia setahun. Saya menemukan kenyataan yang menenangkan jiwa raga saya dan menghempaskan kecurigaan yang tanpa disengaja telah mengganggu pikiran.

Sampai saat ini, kami masih baik-baik saja.

Teman-teman saya tak ada satupun yang CLBK.

Malahan hubungan kekeluargaan kami serasa kian dekat. Jika ada yang mengalami musibah, kami saling mendukung baik dalam bentuk dukungan moril maupun materi.

Mungkin karena usia kami sudah tua semua, sudah melewati masa puber kedua kata orang-orang, hahaha.




Cobalah  amati wajah-wajah kami, masih cakep-cakep kan hahaha, padahal semuanya sudah LOLITA alias Lolos Lima puluh Tahun.



Bagaimana jika yang reuni baru 10 tahunan setelah tamat SMA?

Yah tidak apa-apa menurut saya. Bisa jadi ketemu jodohnya saat reuni. Kalau ketemu setelah 10 tahun berarti usia mereka baru sekitar 27 tahun ke atas.

Nah itu usia yang paling pas buat menikah bukan?

Dengan catatan, masing-masing belum punya pasangan yang sah.

Jadii pesan saya, jangan takut reuni karena itu adalah salah satu cara menjalin silaturahim.


Bereunilah di dunia sebelum kita reuni di akhirat.


Kita tak pernah tahu siapa saja teman kita yang nanti menjadi saksi yang meringankan timbangan dosa-dosa kita. Sebaliknya, kitapun tak akan tahu siapa yang justru memberatkan timbangan dosa kita.

Namun, kita bisa memilih sekarang.

Siapa saja yang jika berada di dekatnya, hati dan jiwa kita menjadi damai. Pikiran kita menjadi bersih dan semakin mendekatkan kita kepada Allah Swt.

Mari bergandeng tangan menuju kebaikan dunia dan akhirat. Silahkan membaca tulisan-tulisan saya lainnya di mardanurdin.com. 

Saya tunggu silaturahimnya dengan membaca dan berkomentar di blog saya. 

 

Makassar, 30 Juli 2021

Dawiah

Posting Komentar

12 Komentar

  1. Ya ampuuun Semoga aku dan temen2ku bisa tetep saling reuni gini pas umur semakin tua. Ini ingetin aku Ama almarhum papa mama mertua mba. Mereka berdua seriiiing banget ke solo, dengan alasan selaku ada acara reuni, nth dengan temen SD, SMP, SMU Ama kuliah. Bayangin, sampe temen SD. Makanya pas mama papa meninggal, itu grub wa di hp mereka ga berenti2. Sampe terharu sih. Persahabatannya masih kuat banget . Aku pengen punya temen2 yg begitu.

    BalasHapus
  2. untung saya tidak adaji kusuka temanku bu aji kaddeka rajinka mungkin reunian..hahahahaaha

    BalasHapus
  3. untung saya tidak adaji kusuka temanku bu aji kaddeka rajinka mungkin reunian..hahahahaaha

    BalasHapus
  4. upps baru ingat kalau saya pernah reunian dengan teman SMP dan baru ingat kalau waktu SMP kelas 3 punya ttm dan waktu pas reunian setelah beberpa tahun ttmku uda jadi tentara cuma perasaan yang dlunya saling suka udah berubah karena masing-masing uda punya pasangan sih.

    BalasHapus
  5. Deh ka tergantung kitanya dih Kak. Masa setiap reuni dikaitkan dengan CLBK. Tapi untungnya tong nda ada ji cinta SMA-ku hahaha jadi aman kalau ketemu teman2 SMA. Alhamdulillah kalau grup kelas saling menyemangati isinya, grup kelas SMP juga.

    BalasHapus
  6. Keren sekali Kak, masih bisa reuni bersama teman-teman. Baca tulisan ini aku jadi kangen sama teman-teman SMP dan SMA, kapan ya aku bisa reunian juga seperti Kakak? :D

    BalasHapus
  7. Seru juga kalau pada kompak seperti ini, saya dulu pernah dong reunian SMP dan SMA hahaha banyak cerita serunya dan ada yang malu saat bertemu. Duhhh seru

    BalasHapus
  8. Keren ulasannya ..betul saya setuju tidak usah takut reuni. itu akan menjadinobat buat tidak pikun, krn sel otak akan bekerja lebih aktif untuk mengeluarkn memory lama....kalau niatnya silaturahmi y gpp..

    BalasHapus
  9. Alhamdulillah Saya termasuk yang masih menjalin silaturahmi sama teman-teman walau hanya dalam grup whatsapp, apalagi pas pandemi gini. Reunnian seru juga sih kalau ketemu langsung, walau sadar hanya sesaat menikmati cerita masa lalu

    BalasHapus
  10. Baca judulnya bikin merinding, baca isinya salut bgt ini jalin komunikasi nya...
    Saya yg baru belasan taun aja sdah lost contact smua >.<

    BalasHapus
  11. Reunian itu membuat bahagia yaa, kak..
    Kebayang mengenang masa-masa sekolah dulu yang lucu dan kadang memalukan, hehehe...

    Kompak selalu yaa..

    BalasHapus
  12. fokus ke statement gamau reuni krna takut perselingkuhan...sbenarnya ujung2nya jadi selingkuh atau tidak itu kan tergantung pribadinya..memang sih dengan reuni akan muncul krnangan2 yg lama di masa sekolah dulu,tapi ambilnya ya sisi positifnya saja...krna perselingkuhan tak akan terjadi tanpa niat

    BalasHapus

Ad Code

Responsive Advertisement